Beranda

Juni 21, 2015

Strings of poetry.

And we wade through the dark
Pretending we know the way
"I dont need any help,
I can do this" we say

Why, then, do we expect greatness
When we are unwilling,
To acknowledge our weakness?

Then why should the day become darker
Than before?
Why i pretend live peacefully and to not waiting the core?

Act like a baby born, somehow she ready to fall
To her mother's hand
But you know, you call yourself a winterfall
Fall slowly cz you know i waiting on the land

Freezing like an ice cube
Then melted by the desire
Revolutions need a soundtrack
True, you are not going back

Hold my bleeding hand,
Because i'm affraid to soar
Of this mankind planet and
Love that i found there.

A Man with Experiences..

Well, kehidupan gue saat ini ga jauh-jauh dari ruang lingkup keluarga yang sangat-sangat "care" dengan masalah diri gue sendiri. Bahkan barusan gue udah dimarah-marahin didepan temen om gue gara-gara bawa motor yang belom ada STNK dan Plat Nomer, bahkan gue ga punya SIM C. Hahahaha iya. Wajar gue dimarahin, wajar gue diingetin masalah ini. Cuma, kenapa harus didepan temen-temennya dia? Supaya dapet pembelaan dari mereka? Bahkan setelah gue masuk, gue ngeliat mereka ngetawain gue. 

Apa ya? Gue mulai ngerasa cape dengan semua masalah gue yang selalu dicampur tanganin sama orang lain, seakan-akan mereka tau apa yang terjadi sama diri gue, seakan-akan mereka yang paling benar dan paling bijaksana, seakan-akan mereka yang paling tahu persoalan hidup ini.

Dan saat gue melakukan pembelaan terhadap masalah gue, mereka jawab "that's how about our experiences told you!"

Gue pengen banget bilang "and i told you this is not your business" tapi gue urungkan niat gue karena takut diusir dari rumah nene gue.

Udah hampir 6 bulan gue tinggal dirumah nene gue. Sebenarnya gue udah ga betah. Gue kangen masa-masa gue ngekos dulu di Cikarang, gue cukup punya segala yang gue inginkan untuk bisa memenuhi hidup gue, sebelum akhirnya gue yang harus menderita karena kerjaan gue sebelumnya berhasil ngancurin visi gue. Seakan-akan gue terjebak didalamnya. Seakan-akan gue dituntun untuk menyelesaikan suatu masalah sebelum akhirnya berhasil memanjat dinding kejenuhan. And i made it.

Tapi sekarang? Apa harus kembali lagi terkurung di dinding baru?

I need make a breakthrough, satu sisi gue gamau lagi dikekang oleh "orang-orang banyak omong, sok tau, yang berbekal pengalaman" meracuni hidup gue. Satu sisi gue harus menemukan hal lain yang bisa membawa sisi penyendiri gue ini ke tempat dimana gue bisa menutup semua efek dunia luar yang bisa mengganggu hidup dan pikiran gue.

Menurut seseorang, Gue adalah orang Ambievert yang memiliki 2 kepribadian unik didalam satu tubuh, introvert dan ekstrovert. Saat ini sisi introvert gue yang bekerja. Gue men-denied semua omongan-omongan orang. Gue memilih untuk masuk kedalam goa kenyamanan gue. Secara bersamaan ekstrovert gue menyetujuinya. Dia lagi gamau main-main dulu sama sifat aslinya. Dia pengen ngasih kesempatan si introvert untuk mengembangkan pemikiran gue. Kalo si intro dan ekstro setuju, barulah mereka berdua kembali berpadu dan mengisi ruang pikiran tubuh ini.

Kapan semua ini selesai? Kapan orang-orang tersebut kelar ngomongin hidup orang?

Sebentar lagi. Semoga saja. 

Untuk sementara biarkan intro dan ekstro yang bekerja. Karena suatu saat, gue akan mengupgrade kedua sifat gue itu menjadi satu kesatuan yang bisa membuat diri gue lebih baik dan berharap bisa lebih kuat mendenied "orang-orang berpengalaman".

Seperti game, saat menaikan level skill pada titik tertentu, dia akan otomatis membangkitkan satu skill yang baru yang lebih kuat lagi.

Mungkin skill baru itu, suatu saat akan gue namain "Artrovert".