Beranda

April 19, 2015

Historia

Well, tulisan ini adalah sebuah (atau lagi-lagi) hasil dari kekalahan gue taruhan dengan seorang cewe yang berhasil mengalahkan perhitungan-perhitungan logis gue dengan kepolosannya. Judul tulisan ini adalah Historia, entah apa maksudnya gue juga ga tau. Tulisan ini adalah tulisan fiksi yang ga pernah terjadi. Bahkan tulisannya pun ngegantung, karena gue ga bakat nulis cerita fiksi. Tapi yaudahlah ya.. Kalo menurut kalian bagus ya Alhamdulillah, kalo jelek pun yasudahlah, hina aja gue hinaaaaaa..

Ehm, enjoy!




Kara diam. Duduk disebuah tangga didepan bangunan yang memiliki atap runcing, dimana didepannya mobil-mobil antik berlalu lalang. Panasnya matahari tidak terasa menusuk karena perasaan dingin dikepalanya lebih dominan. Kepala kara membutuhkan jaket yang lebih tebal, atau segelas susu panas kental untuk disiramkan ke rambutnya. Otaknya tidak bisa berfikir jernih.

"Apa gue keluar aja ya?"

Dia tidak bisa berhenti menggerakkan anggukan kepalanya. Rasanya ingin sekali ia melepaskan kepalanya yang berat.

Kara memang menyukai sebuah suasana yang tidak terlalu ramai, namun bisa diterima didalamnya. Namun kali ini, ia tidak merasa begitu. Kelompok dramanya kali ini secara sengaja menyingkirkan dia dari kelompok yang selama 2 tahun ini kara selalu mendapatkan peran terbaik didalamnya. Kara memang menyukai kegiatan ini. Ia rela pulang hingga larut malam demi latihan peran, rela melewatkan kuliah fisika yang sangat ia sukai itu, bahkan rela menghabiskan uang bulanannya demi menyiapkan kostum terbaiknya untuk dipakai saat gelarannya.

Ia menatap ke atas. Tepat ke ujung atap runcing bangunan tersebut. Kemudian memicingkan matanya.

"Keluar saja lah.."

Kemudian ia bangkit dari duduknya dan menuju skuter biru kesayangannya itu.

Namun sebelum ia menarik gasnya, ia melihat seorang laki-laki. Dandanannya aneh, seperti ketinggalan jaman. Menggunakan kacamata dengan frame kebesaran, jam tangan hitam dengan gelang karet di lengan kirinya, dan celana hitam yang ketat di paha, namun besar dibawah. Ia melihat kara dari seberang tempat kara duduk tadi. Pandangannya dingin, namun dalam. Dia tidak memperlihatkan senyuman, juga tidak memperlihatkan ketertarikan, namun melihatnya saja sudah ada satu hentakan dari dalam dada yang membuat Kara terhentak. Seperti ada tekanan besar saat melihat matanya. 

Kara hanya melihat sekilas saja, tapi bisa menilai banyak hal orang itu. Mungkin sudah terbiasa saat latihan drama, saat ia berhasil membaca sifat dari masing-masing peran yang orang lain mainkan. Ya, Kara memang berbakat.

"Siape lagi tuh? Bodo ah.." Kara menarik gas skuternya.

Lelaki itu melihat Kara hingga belokan kanan pertama, hingga Kara hilang dari pandangannya. Ia menghela nafas.
=============================

Kara kembali ke kelas Fisika favoritnya. Kali ini Pak Buchori yang mengisi kelasnya. Memang, sudah dari semester sebelumnya ia mengisi kekosongan dosen pengajar Fisika yang ditinggalkan Pak Saksono. Kara menyukai cara Pak Buchori mengajar. Tidak hanya penjelasannya secara Integral, namun ia selalu menyisipkan kata-kata motivasi untuk semua mahasiswanya. Salah satu yang Kara ingat dari kata-kata Pak Buchori adalah:

"Ingatlah filosofi yang diajarkan oleh sebuah pohon. Apabila kalian memiliki keteguhan akan suatu hal, pertahankanlah keteguhan kalian seperti sebuah batang pohon besar yang tidak mudah jatuh apabila diterpa oleh angin. Namun disaat kalian terjatuh, jatuhlah seakan-akan kalian adalah biji tanaman yang tertiup oleh angin dan jatuh kembali ke tanah. Orang-orang tidak akan melihat kalian lagi karena menyangka kalian sudah kalah, namun mereka tidak tahu, sebuah biji akan kembali tumbuh diatas tanah yang subur dan siap untuk bertarung kembali."

Kara mengutak-atik kalkulator scientificnya, mencari tahu bagaimana sebuah bantalan luncur dapat menahan beban axial yang diakibatkan oleh putaran sebuah poros yang ditahannya. Rumus-rumus panjang ditulisnya diatas kertas putih bercorak kotak-kotak, segala perhitungan matematis terintegrasi diatasnya, mengantarnya pada sebuah kesimpulan teknis berupa sebuah angka yang ternyata tidak mengizinkan bantalan tersebut digunakan pada sistem mekanika. Memang tidak ada yang tidak mungkin didalam sebuah perhitungan matematis, karena apabila kesimpulannya adalah tidak mungkin, akan selalu ada solusi lainnya yang bisa mengantarkan suatu masalah menjadi sebuah kemungkinan yang lebih pasti.

Inilah alasan Kara menyukai pelajaran Fisika.

Tepat setelah Kara selesai menganalisa soal latihan tersebut, jam pelajaran Fisika pun berakhir. Kara merapihkan mejanya, menghela nafas, dan dikagetkan oleh Jeny yang memukul pundak disetengah helaan nafasnya.

"Anjir lo songong amat gue panggilin dari belakang kaga nengok-nengok.. Untuk si Pak Bocor kaga nyuruh gue maju kedepan."

"Lah elo cumi kaga nyamperin gue.. Males amat gue ngewaro sautan lo tadi"

"Jiss sombongnyaaa.. Panggung yok, anak-anak udh nungguin.. Kan sekarang pengumuman pemerannya."

"Eh iya, sekarang ya? Bentar bentar, gue masukin buku gue dulu.. Makan dulu ya nge.."

Kara benar-benar lupa kalau hari ini adalah pengumuman pemeran "Laut Hitam", drama yang akan digelar pada 3 bulan lagi.

ia masih berharap namanya disebut.

=============================

Selama 2 tahun ini, Kara dan Jeny selalu menjadi rekan dalam setiap drama yang mereka jalani. Mereka berdua pun selalu bergantian menjadi pemeran utamanya, saling mengisi dan saling melewati kesulitan bersama-sama. Andaikan mereka adalah kakak adik, mereka akan selalu bertengkar setiap hari memperebutkan siapa yang lebih baik diantaranya, karena saking akrabnya. Jeny merupakan teman terbaik yang dimiliki Kara. Jeny pun berpikiran seperti itu. Jeny dan Kara tinggal di satu tempat tinggal yang sama, namun berbeda kamar karena tidak diizinkan oleh ibu kosan untuk tinggal satu kamar lebih dari satu orang. Namun disaat mereka tidak bisa tidur karena suatu hal, salah satu dari mereka mendatangi kamar satunya untuk minta ditemani ngobrol, curhat, ataupun main gitar.

Soal cinta, Jeny lebih mengerti daripada Kara. Jeny sudah 4 kali pacaran. Tapi yang terakhir kandas karena sifat pacarnya yang tidak pedulian, dan lebih menghabiskan waktunya lebih banyak bermain PES dan nongkrong sama temannya. Sedangkan Kara, ia belum pernah pacaran. Untuk seorang Kara yang memiliki postur ideal idaman setiap laki-laki, agak mengerikan mengetahui kalau ia belum pernah sekalipun pacaran. Pernah sekali ia suka sama laki-laki, namun ia ilfeel saat tau laki-laki tersebut dianter jemput sopirnya dan berlagak seperti, ehm, ngondek.

"Jen, gimana kabar si Rian?"

"Elaaah, ngapain sih lo nanyain begituan.. Jadi kaga napsu makan dah gue denger nama dia.. -___-"

"Eh bukan gitu jeeen, gue kan cuma nanya doang.. Dia masih suka ngubungin lo kaga?"

"Masih raaaa, tapi begonya selalu gue ladenin.. Huhuhu abis dia ngangenin bangeet.. Gagal move on ini mah ceritanya"

"Kan gue bilang juga apa, lo gue suruh delcon semua kontaknya dia kaga nurut sih lo. Kebanyakan mikir akhirnya kaga jadi kan"

"Huhuhu iya raa, tapi ya mau gimanaa.. Gue kan gabisa gitu aja lepasin memori manis gue"

"Memori manis apaan, memori lo nangis-nangis dikamar gue gara-gara ditinggal dia main PES sama temen-temennya dia? Memori mata lo kena asep rokok yang dibuang dari mulut dia? Memori apa lagi yg mau lo simpen Jeniffeeeer?"

"Huhuhu iya raa bego banget guee.. Lo pasti jijik temenan ama gue sekaraaang"

"Nggak jen, gue lebih jijik ama cowo yang egois dan kekanak-kanakan kaya rian..

"Yaaa walaupun agak jijik ama kancut ijo lo yang ngegantung digantungan dan ga lo ambil-ambil dari minggu kemaren"

Kata-kata Kara membuat Jeny tersedak Es teh manis miliknya yang sedang ia minum melalui sedotan.

"Karaaaaaaa...!!!"

"Huahahahhaha yuk ah buruan makannya, bentar lagi jam 5, ntar ketinggal pengumumannya loh jen.."

Kara tetap terlihat tenang dan bahagia didepan sahabat terbaiknya itu. Tapi didalam hatinya... Cuma Kara dan tuhan yang tahu. Kara hanya berharap yang terbaik saat ini.

=============================

"Jenyy, Karaa, sini cepetan, kak Rina udah mau bacain pengumumannyaa"

Kara dan Jeny kaget karena teriakan dari Ronald, dan langsung berlari menuju ruangan klub Drama dibelakang fakultas otomasi.

Sesampainya disana, sudah berkumpul seluruh anggota klub drama yang bergerombol didepan panggung tempat kak Rina akan menyebutkan seluruh pemeran yang akan mengisi drama "Laut Hitam".

Kak Rina adalah seorang guru peran lulusan akademi peran terkemuka di negara ini. Ia pernah menjadi pemeran utama film Layar Lebar, dan berhasil mengangkat namanya meraih penghargaan terbaik saat itu. Kak Riba berhenti menjadi pemeran karena mulai mengurus kehidupan keluarganya. Ya, semenjak ia mulai menikah dengan suaminya yang ia temui saat liburan ke jepang dulu, kali ini ia lebih berkonsentrasi menjadi seorang guru peran. Walaupun ia tidak sampai 10 tahun menjajaki dunia peran, namun ia sangat berbakat dalam menjalani profesinya sebagai pemeran ataupun guru peran. Terbukti, drama yang dimainkan oleh Kara dan Jeny tahun lalu berhasil memenangkan juara pertama dalam "Singapore Drama Festival". Dan kali ini, Kak Rina akan membawa kelompok ini menuju Swiss dalam acara tahunan negara tersebut "Swisse Art Festival". Inilah yang membuat Kara dan Jeny sangat berharap agar bisa masuk lagi dalam bagian drama Kak Rina.

"Oke class, sudah siap untuk pembagian perannya?"

"Siap kaaaaaak" jawab semua anggota termasuk Kara dan Jeny. Jeny terlihat sangat antusias. Tidak begitu dengan Kara. Ia terlihat sangat ketakutan dan hampir tidak bisa menerima kalau namanya tidak disebut.

Ketakutan ini adalah yang terbesar ketiga kalinya. Yang pertama adalah disaat Kara ditinggalkan Kakeknya meninggal. Yang kedua adalah disaat Kara mengalami penyakit yang menyerang lambungnya diakibatkan infeksi pada bagian produksi asam lambung dan membuat segala bentuk makanan sulit dihancurkan lambung karena kekurangan asam, yang hampir membuat tubuh Kara tidak bisa beraktivitas normal lagi.

"Oke, akan ada 5 peran utama yang akan saya sebutkan untuk drama Laut Hitam dan porsi ini akan saya berikan kepada para anggota berpengalaman"

"Tapi kakak akan memberikan satu tempat untuk anggota baru berbakat yang sudah memperlihatkan kemampuannya selama ini dan membuat kakak bisa percaya pada dia"

"Baik, inilah pemeran-pemerannya: "

Kak Rina menghidupkan proyektor yang tersambung pada laptop miliknya. Dan terpampang jelas keenam pemeran yang akan masuk kedalam kelompok tersebut.

Salah satunya adalah Jeny.

Jantung Kara berdegup keras sekali hingga menyakiti dadanya sendiri. Ia tidak bisa percaya kalau namanya tidak muncul pada layar proyektor yang dihidupkan Kak Rina.

"Karaa.." Jeny berusaha menenangkan sahabatnya yang berusaha menahan kucuran air mata disudut terkecil pada matanya.

"Ra, jangan nangis ra.."

"Tenang Jen, masa gue udah abis kayaknya.. Selamat ya jen"

Tarikan senyum di bibirnya tidak menandakan Kara bahagia. Justru sebaliknya. Ia beranjak dari ruang drama. Jeny, sahabatnya, pun tidak bisa menahan kesedihan luar biasa yang ada pada diri Kara.

=============================

Dia mempertaruhkan segalanya demi klub ini. Dia sangat mencintai seni peran, tidak ada yang bisa menahannya untuk bisa terus berkarya pada bidang ini. Dimana ia sudah memutuskan untuk terus tekun pada sebuah kehidupan kebohongan, namun bisa membuat orang-orang yang melihatnya kagum padanya. Ya, kekaguman lah yang ia rindukan dari sebuah peran. Ia rindu akan sebuah ramainya tepukan tangan penonton, rindu akan kebohongan peran yang ia jalani, rindu bagaimana ia emosi saat harus beradu peran dengan lawan perannya, bahkan ia rindu bagaimana ia memperjuangkan segalanya demi mendapatkan satu tempat pada sebuah drama.

"Yah, bukan rejeki kali ya.." Pikir Kara sambil berusaha menghentikan aliran air matanya.

"Toh kan tadi siang udah niat mau keluar dari sini.."

Suasana latihan dan teman-teman baru di klub drama lah yang membuat Kara menjadi tidak konsentrasi. Kakak-kakak kelasnya yang dulu sudah berhenti dari aktivitas klub drama, sehingga sudah tidak lagi semenyenangkan seperti dahulu. sepertinya Kara pun akan mengikuti jejak mereka.

Ditengah usaha Kara menahan air matanya, ada seorang lelaki yang terus memperhatikannya di dua kursi taman sebelah kiri dari tempat duduk yang Kara duduki. Itu adalah lelaki yang sama yang Kara lihat siang tadi. Ia duduk dari sebelum Kara datang dan menangis. Kara tidak memperhatikan sekelilingnya saat ia akan duduk, konsentrasinya hanyalah bagaimana menahan degupan jantung yang menyakitkan dan bagaimana menahan air mata yang tidak mau berhenti ini.

Kara melihatnya. Kali ini ia berusaha memperhatikan lelaki itu dan mencoba untuk membaca lebih jauh tentang dirinya.

Umurnya sepertinya lebih muda, entah berapa tahun. Dan sepertinya dia Freak. Kacamatanya terlihat aneh kalau dia yang menggunakan.

"Bagaimana kalau dia lepas kacamatanya ya?"

Pikiran Kara kacau. Ia sudah tidak sedih lagi, melainkan menutup matanya yang bengap dan mencuri pandang ke lelaki yang dari tadi memperhatikan Kara dengan penuh rasa penasaran.

Tidak lama kemudian, disaat Kara terus memperhatikan lelaki itu, dia bangkit dan pergi meninggalkannya. Dia pergi kearah belakang fakultas otomasi. 

"Siapa sih itu orang? Kok gue jadi perhatian ama dia.."

Tidak lama berselang, Jeny datang menuju tempat Kara duduk. Ia langsung memeluk Kara dari belakang.

"Karaaaa, plis jangan nangis lagii.. Kalo lo sedih lagi, mendingan gue ga ambil deh peran ini.."

"Apaan lo Jen, kalo lo ngelepas itu peran gue ga sudi lagi temenan ama lo.. Gue gapapa kali, bukan rejeki aja.."

"Karaaaaaaaa.. Gue khawatir banget tau ga sih ama loo.. Lo keliatan kepukul banget soalnya tadi. Anak-anak juga tadi ngeliatin lo dan nanyain ke gue kalo lo kenapa-kenapa."

"Iya gue gapapa kok. Yah, walaupun shock juga, tapi ya mau gimana lagi. Tapi emang sih sedih banget gue.

"Gue bangga banget ama lo Ra, kuat banget sih temen gue yang satu iniiii" Jeny langsung meluk Kara dengan erat sambil mencium-cium pipinya.

"Jijik banget tau ga sih lo Jenyyyy.. Enyah sanaaa" Mereka berdua kembali tertawa bahagia. 

"Oh iya, Ra, tadi ada cowo yang ngasih surat ini ke gue."

"Cowo?"

"Iyaa, kacamataan gitu, agak ganteng gituu, katanya tolong sampein surat ini buat cewe yg lagi nangis ditaman sana. Gue kira siapa cewe itu, dan gue ga nyangka kalo itu elo.."

"Hah? Masa sih?"

Setengah tidak percaya, Kara mengambil surat yang diberikan Jeny. Dia dibuat bingung dengan kejadian ini, apa hubungannya dengan lelaki berkacamata tadi? Siapa dia? Pertanyaan tersebut terus memenuhi pikiran Kara. Kali ini Kara butuh es batu untuk mendinginkan pikirannya yang sedari tadi sibuk memikirkan kejadian-kejadian hari ini. Mesin yang bekerja di otak Kara minta diistirahatkan.

Sementara, Jeny terus menggoda Kara yang sedang kebingungan.

=============================

Mereka berdua kembali kekosan dan kembali kekamarnya masing-masing. Kara masih setengah bingung dengan kejadian hari ini merebahkan tubuhnya keatas kasur miliknya. Ia menatap ke langit-langit kamarnya sambil membayangkan isi surat itu.

"Oh iya, suratnya!"

Kara beranjak dari kasurnya menuju tas miliknya dan langsung mengambil surat dari lelaki itu didalam tasnya. Penuh dengan rasa penasaran, ia mulai membuka amplop tersebut dengan hati-hati. Isi dari amplop tersebut hanyalah sehelai kertas dengan tulisan yang tidak banya, hanya beberapa kalimat saja.

"Hello Diandra Alcantara,

Find me on Youtube: Melodical Drama

Find me on Soundcloud: Historia Ishaq

Enjoy yourself

-ishaq-
"

"What? Jadi ujung-ujungnya gue disuruh kepo nih? Bener-bener ini cowo.. Rese amat sih lo!"

"Tapi..."

"Ah bego amat sih gue, kenapa gue jadi penasaran kayak gini sih! Tolol lo shaq!"

Kara yang menyerah dengan sifat Natural Born Explorer-nya mulai mencari tahu tentang akun-akun itu. Ia mulai membuka laptop birunya yang sudah kusam dan lemot karena sering digunakan menggambar desain mesin menggunakan aplikasi 3D, sehingga laptopnya pun tidak sebaik saat pertama kali dibeli.

Dia langsung menuju shortcut Google Chrome di desktop miliknya. Wallpaper kura-kura selalu menghiasi layar desktopnya dan tidak pernah ia ganti sedari ia membeli laptop tersebut. Banyak sticky notes yang ia tempel di desktop tersebut karena memang ia mudah sekali lupa, sehingga ia berpangku pada ingatan pendeknya dan menempelkan notes-notes pada laptopnya. Shortcut didesktopnya pun tidak banyak. Hanya ada aplikasi pemutar musik dan aplikasi-aplikasi engineering saja. Kara memang bukan perempuan yang ribet. Ia selalu tampil apa adanya dengan segala yang ia punya, tampil natural dan tidak banyak gaya. Karena itulah, walaupun ia jarang bergaul, Kara tetap disukai oleh banyak temannya.

=============================

Jendela google chrome terbuka. Kara memulai kekepoannya dari akun Youtube Ishaq terlebih dahulu. Ia kemudian mengetikan nama akun Ishaq yang bernama Melodical Drama. Sebentar menunggu, terbukalah video-video akun tersebut. Isinya adalah video Ishaq saat ia ngeband.

"Hoo ternyata dia anak band.. Yaelah gue kira apaan.."

Kara menaik turunkan scroll jendela youtube, melihat-lihat judul-judul video milik Ishaq. Ternyata Ishaq adalah seorang vokalis Band bernama "Historia". Lagu-lagu yang dimainkannya di cover dari band-band yang sudah lama berhenti manggung ataupun hiatus. Ishaq sendiri lebih banyak mengcover lagu-lagu dari sebuah band bernama Ellatus, band asal jepang yang kebanyakan lagunya berlirik inggris. Vokalisnya sendiri adalah orang jepang yang sudah lama tinggal di California. Sepertinya Ishaq sangat mengagumi dia, sampai-sampai style vocal Ishaq mirip dengan Vocalis band tersebut.

Di video-video manggung milik Ishaq, terlihat bahwa dia adalah lelaki yang maksimal saat manggung. Dia berlari dan melompat-lompat saat diatas panggung. Suaranya pun cocok dengan lagu-lagu yang ia mainkan, nuansa Punkrock. Namun tidak seperti anggota lainnya yang bertatto, Ishaq hanya manggung menggunakan kaos dan celana panjang sobek-sobek, dan saat itu ia belum berkacamata. Tempat ia manggung pun terlihat seperti dibagian barat kota tempat Kara tinggal.

"Ih keren juga ini cowo, tapi kenapa lagunya harus yang keras-keras sih.."

Disaat Kara sibuk memainkan video-video milik Ishaq, ia kaget saat memainkan satu video, yang berjudul "Langit ke Tujuh". Di video itu terlihat sebuah drama dengan panggung besar berlatarkan istana diatas awan dengan pilar-pilar emas. Disana ada singgasana yang diduduki oleh sebuah malaikat bersayap besar yang bernama Eos, yang diperankan oleh, Kara.

"What! Kenapa ada video ini di akunnya dia?"

Setengah tidak percaya, ia melihat-lihat lagi semua koleksi video Ishaq. Ternyata tidak hanya video-video band saja, tetapi, 4 drama yang dimainkan oleh Kara dan Jeny ada pada akun tersebut. Judul-judul drama tersebut adalah "Langit ke Tujuh", "Sebuah Kalimat dan Bintang", "Lonceng Emas dan Tower Bintang", dan "Putri dari Montenegro". Kara setengah tertawa melihat ini semua, kemudian ia berlari menuju kamar Jeny untuk menunjukkan hal yang baru ia lihat.

Kara menggedor pintu kamar Jeny, dan sesaat Jeny membukakan pintu kamarnya, Kara langsung menarik tangan Jeny dan langsung membawanya ke depan laptop milik Kara. Kemudian ia memperlihatkan hasil temuannya kepada sahabatnya.

"Jeeeen ini apa-apaan? Kenapa ada video kita di akunnya dia?"

"Eh gue gatauuu.. Ini akun siapaa? Kenapa lo buka-buka akun oraang? Lo kenapa sih raaa? Tenang dulu tenaaang.."

Setelah menceritakan segalanya kepada Jeny tentang Ishaq, barulah Jeny mengerti dan mulai melihat-lihat video di akun tersebut. Jeny pun setengah tidak percaya apa maksud Ishaq memiliki video drama mereka berdua.

"Jen, ini masih ada satu akun lagi yang belum kita buka.. Mau coba buka sekarang?

"Buka coba Ra, gue jadi ikutan penasaran.. Ah elo sih narik-narik gue kesini.."

"Ya mau gimana lagiii.. Gue serem jeeen.."

Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk membuka akun Soundcloud milik Ishaq. Tentu saja isinya adalah lagu-lagu coveran milik band dia. Namun, lagi-lagi mereka kaget, karena ada lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Ishaq sendirian, yang judul lagunya adalah judul-judul dari drama mereka.

"Seventh Sky. Words and Stars. Come on my Golden Bell. Princess of Nowhere. Jenyyyyyyy apa-apaan iniiiii.. Siapa diaaaaa.."

"Ra sumpah, gue ga tau ini siapa. Kenapa sampe begininya ini cowo.."

"Atau jangan-jangan.. Dia penggemar lo raaaa.. Fans raa, faaaans.. Hahahahaha" tawa Jeny membuat Kara melepaskan satu tabokan menuju punggung Jeny.

"Plakkkk..."

"Aduh Karaaaaaaaa.."

Keduanya saling tidak percaya dengan apa yang dia lihat barusan, namun semua itu teredam karena keakraban dari kedua sahabat ini. Dengan segera mereka melupakan kejadian ini dan membahas hal yang lainnya.

"Eh tapi ra, suaranya doi kereen.. Udah sih lo deketin ajaaaa.."

Satu tabokan menuju punggung Jeny kembali dilepaskan Kara.

=============================

Malamnya, mereka kembali ke kamar masing-masing setelah sibuk membahas lelaki bernama Ishaq tadi. Obrolan Kedua sahabat ini hanya bisa dihentikan apabila salah satu dari mereka sudah merasa ngantuk, karena tidak akan ada gunanya apabila mereka terus bercerita tapi salah satunya sudah tidak sanggup mendengarkan lagi. Dan kali ini, Jeny lah yang menutup obrolan malam ini.

Kara yang masih belum bisa tidur kembali membuka jendela youtube milik Ishaq. Ia masih penasaran dengan kelakuan lelaki tersebut. Kara menonton satu persatu video milik Ishaq. Seperti terhipnotis, Kara tidak bisa berhenti menonton. Apabila videonya habis maka ia ulang lagi menonton. Segera setelah semua video habis ia mainkan, maka ia ulang kembali dari awal. Benar-benar tidak bisa dihentikan.

Kara sebenarnya tidak terlalu menyukai lagu-lagu yang bernada keras. Ia adalah penyuka lagu Jazz dan Blues, sesekali ia mendengarkan lagu Pop. Karena kadang lagu-lagu beraliran keras memiliki lirik yang tidak baik. Karena itulah ia membenci lagu keras.

Tapi hal itu berubah saat ia mendengarkan lagu-lagu yang dimainkan solo oleh Ishaq yang berjudul sama dengan judul-judul drama dari Kara dan Jeny. Ishaq memiliki suara yang lembut, nadanya pas dengan musik yang ia mainkan. Disaat ia bermain lagu keras maka ia akan penuh dengan emosi. Namun saat ia bermain lagu yang pelan maka ia akan menjadi seperti alunan air mengalir ataupun suara dedaunan yang menggesek satu sama lain. Ishaq seperti memiliki 2 kepribadian yang berbeda, terlihat bagaimana ia menyanyikan lagu-lagunya tersebut bersema dengan bandnya ataupun saat dia bernyanyi sendirian.

Kara terdiam mendengarkan suara Ishaq. Dan tiba-tiba saat ia sedang merefresh jendela youtube, ia melihat sebuah video baru di akun milik Ishaq.

"20 menit yang lalu? Loh itu kan pas Jeny keluar dari kamar gue.."

Lalu Kara membuka video tersebut. Keluarlah sebuah video beranimasi Stop Motion berdurasi 1 menit dari Ishaq. Video tersebut beranimasikan sebuah huruf-huruf yang bergerak sedemikian rupa mengikuti gerakan Time Elapsed, membentuk sebuah kalimat:

"Don't stop believing, Diandra Alcantara."

Kara menangis setengah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Namun kali ini, bukan air mata kesedihan yang keluar, melainkan air mata bahagia. Bahagia karena apa yang terjadi pada hari ini benar-benar membuatnya terasa seperti sedang bermain Roller Coaster. Ia dijatuhkan dengan kecepatan yang luar biasa, namun kemudian ia dinaikkan kembali keatas. Sungguh perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Dibawah video yang dibuat olehnya tersebut tertulis sebuah komen video yang ditulis oleh Ishaq. Tulisannya:

17-11, Cafetaria.

"Historia Ishaq, atau gue anggap nama itu adalah nama panjang lo.. Makasih banyak karena udah merusak tatanan hati gue jadi amburadul begini.."

=============================

Keesokan harinya, dengan kondisi dada yang berdegup kencang, Kara setengah berlari dari arah kelas Mekanika Teknik menuju kafetaria didekat fakultas otomasi. Ia mengingat jelas tanggal dan tempat pertemuan dengan lelaki yang bernama Ishaq. Sesampainya disana, ia tidak melihat adanya siapa-siapa. Kafetarianya masih kosong. Kara benar-benar lupa bahwa ia tidak tahu jam berapa ia bisa bertemu Ishaq.

"Kok gue bego banget siih.." Terdengar suara lirih Kara yang setengah kelelahan.

"Lo ga bego kok. Gue yang bego sok-sokan bikin kode kayak gitu ke elo. Bahkan gue takut kalo lo ga ngerti apa maksudnya"

Suara dibelakang Kara membuatnya terperangah dan langsung membalikan badan. Yang ia lihat adalah, seorang lelaki beranbut poni depan tebal, berkacamata frame tebal, menggunakan baju dan celana hitam, dan menggunakan sweater cokelat kebesaran. Benar-benar sebuah dandanan yang norak. Tapi, Kara tersenyum kali ini melihatnya.

"Hah, lo pikir gue ga ngerti? Gue yang udah terlanjur penasaran ama lo terpaksa buat ngeliat video buatan lo itu." Kara terlihat tertawa sambil mengelap keringat dikeningnya.

"Maafin gue ya.. Kenalin, gue Historia Seto Ishaq. Dan gue adalah Fans lo, Eos. Diandra Alcantara.."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar