".... Maybe, we found love right where we are. Baby, we found love right where we are. And, we found love right where we are..."
Misteri. Ga ada yang tau gimana caranya seseorang bisa dengan mudahnya jatuh cinta. Semuanya terjadi begitu saja, sama seperti bagaimana konsep hati bisa berubah rasa dengan cepat.
Semuanya terjadi begitu saja. Dimulai dari sebuah pembicaraan sederhana kita di path talk, membicarakan apa nama angkot yang bisa membawanya hingga sampai tujuan tempat ia tuju, bagaimana spelling yang tepat dari sebuah kata "Cicaheum", bagaimana dia menceritakan soal temannya yang sudah lama mengejar-ngejar seorang pria dan akan bertemu pertama kalinya nanti saat di bandung.
Kemudian kita berlanjut ngobrol di aplikasi yang berbeda, yaitu Line. Dan seperti kebanyakan orang-orang menggunakan aplikasi Line, kita melakukan perang stiker hingga titik darah penghabisan (dalam hal ini, sampe stiker yang kita punya habis dikeluarkan), membicarakan bagaimana rencana ia untuk pergi ke bandung, hingga akhirnya, entah kenapa, saat itu, gue malah ingin ikut ke bandung.. Entahlah, mungkin bandung punya daya tarik untuk seseorang yang sudah menetap hampir 5 tahun disana.. Ya, rasanya tidak pernah bosan-bosan gue memandang langit bandung dari dasar tanah basah bekas guyuran hujan dan diselimuti suhu dingin yang bisa menyayat isi didalam dada ini.
Atau mungkin, dialah yang memiliki daya tarik..
Di bandung kita melakukan banyak hal, dari mulai jalan-jalan, hingga naik kuda. Gue yang sudah terbiasa dengan hal-hal di bandung bisa dapat menolong mereka (dia, dan temannya; dan gebetan temannya) untuk berkomunikasi dengan masyarakat sekitar, mulai dari nanya-nanya jalan sampe beli makanan enak (yang akhirnya jadi perdebatan penting dan tidak berkesudahan). Semua berjalan dengan baik. Gue ga ngerasa ada beban selama perjalanan, justru gue seneng banget karena bisa kembali ke bandung lagi. Gue bisa ngerasain lagi hujan dibandung, dan bagaimana perasaan menyenangkan yang membuat dada bergetar tatkala melihat kampus tercinta beserta jalanan menanjak depan kampus yang selalu gue lalui ketika harus mencari makan. Semuanya begitu menyenangkan, semua memori kembali terputar diotak, dimana ketakutan dan tekanan terbesar hanya sebatas UAS dan laporan praktikum.
Dan juga, mungkin kehadiran dia saat ini, yang menemaniku dikota yang kucintai ini.
Selanjutnya kita berdua melalui hari-hari biasa. Ya, hari-nya yang biasa saja, namun tidak dengan hati kita. Entah kenapa, mungkin gue yang excited buat ngajakin jalan bersamanya untuk sekedar nonton film dari sebuah band yang sangat gue suka sampai sekedar datang ke festival Jejepangan lagi setelah sekian lama gue absen dari banyak event. Gue masih inget banget, gimana kita kejebak hujan ditempat berbeda tapi sama-sama kebasahan dan saling meminta maaf, gimana kita nyelesain sebuah teka-teki silang sambil dengerin lagu-lagu yang ga jelas dari playlist gue, sampe dia ngeluarin sebatang kitkat dan sebungkus (atau 5 bungkus) coki-coki yang emang kesukaan gue banget untuk sekedar ngemil dikelas waktu gue kuliah dulu.
Semuanya sederhana. Sangat sederhana, tapi bermakna luar biasa. Sangat sederhana, tapi tidak Biasa Saja. Tidak seperti yang dikatakan lagu Efek Rumah Kaca - Jatuh Cinta Itu Biasa Saja, karena gue menolak hal yang biasa-biasa aja, walau gue ngerti maksud filosofi lagu ini jangan berlebihan mencintai seseorang. Tapi kata 'berbeda' juga bisa mewakili kalimat "tidak biasa saja" kan? Kita punya akal dan pikiran untuk membuat sebuah cerita hidup kita yang berbeda dan lebih baik, dengan tidak 'berlebihan' dan tentunya tidak 'biasa-biasa saja' bukan? Cinta bukan hal yang rumit kalau keduanya benar-benar saling mencintai apa adanya tanpa ada yang ditutup-tutupi. Semuanya akan baik-baik saja selama dua insan tersebut saling mengerti kondisi masing-masing tanpa memberikan tekanan atau paksaan dalam menjalani hubungan.
Semua begitu sederhana. Sesederhana kita bisa begitu saja jatuh cinta dengan seseorang. Tidak dengan cara yang "biasa saja"..
Saat ini gue gabisa berhenti dengerin lagunya Ed Sheeran - Thinking Out Loud. Di lagu ini gue baru sadar gimana seseorang bisa dengan gampangnya jatuh cinta. Tapi bukan disaat ada keterpaksaan. Lagu ini ngejelasin bahwa si cowo berpikir akan menemukan perempuan yang bener-bener tepat buat dia. Dan dia akhirnya menemukannya, disuatu tempat yang tepat. Sangat-sangat tepat.
Disaat mereka sudah sama-sama dewasa, mengerti arti kepercayaan, kebersamaan, dan pengertian.
Dan gue percaya,
This is the time. This is the right time.
Februari 18, 2015
Februari 10, 2015
A tools called Wheel..
Roda. Salah satu alat yang paling revolusioner dalam kehidupan manusia, dimana ia bisa berjalan dengan cara digelindingkan. Alat ini sudah dikenal dari zaman pemerintahan Pharaoh menjabat sebagai raja Mesir dan dipercaya sebagai alat bantu konstruksi pembuatan patung Sphinx yang ada di Mesir.
Pada zaman itu, roda menjalankan perannya sebagai alat untuk mentransportasikan bahan-bahan baku pembuatan patung-patung tersebut dengan cara bahan-bahannya dinaikan keatas sebuah batu berbentuk persegi yang dibawahnya terdapat lagi batu berbentuk silindris. Dengan cara itulah mereka bisa dengan mudah membawa bahan-bahan pembuat patung tersebut yang beratnya sudah tidak mungkin diangkat oleh tenaga manusia.
Kini, revolusi roda sebagai alat transportasi dapat dilihat di berbagai macam aplikasi. Hanya saja, bentuk dan material yang digunakan sudah berubah total, dari yang semula menggunakan batu berbentuk silindris sekarang menggunakan karet yang melapisi kerangka roda. Semua transportasi darat menggunakan roda agar bisa berjalan. Dari mulai gerobak hingga truk, dan yang membedakan jenis-jenis roda ini bemacam-macam. Mulai dari material karetnya, besar kecilnya diameter dan lebar roda, sampai alur-alur pada karet roda (diperuntukkan untuk berbagai macam kondisi jalanan).
Roda itu unik. Ya, mereka hanya menggelinding. Konsepnya jelas, roda bergelinding karena adanya gaya gesekan antara roda dengan landasannya dimana salah satu dari dua hal tersebut sudah diberikan gaya normal dan arah. Sehingga bisa dibilang, gaya yang berputar pada roda adalah momen torsi. Semakin kencang putaran pada roda dan semakin besar ujuran diameter roda yang diputar, maka torsinya akan meningkat. Sebagai percobaan, coba kalian putar sebuah roda kecil dan roda besar kemudian berikan gaya putar yang sama besar. Lalu dengan tiba-tiba, hentikan laju putaran tersebut. Mana yang sulit dihentikan? Kalian yang awam pun pasti akan menjawab roda yang besar. Saat kalian mencoba menghentikan putaran pada roda besar, momen torsi yang dihasilkan dari putaran tersebut akan berusaha terus berputar dan menyebabkan kalian terpental. Bandingkan dengan roda kecil, dengan hanya sentuhan kecil, maka roda bisa berhenti dengan mudah.
Sekarang kita masukan konsep roda tersebut dengan filosofi kehidupan. Kita bisa bercermin pada roda yang besar. Diaaat kita memutarkan roda tersebut, maka apapun yang menghalanginya akan dengan mudah terpental. Butuh energi ekstra kuat untuk bisa mengerem keinginan si roda besar agar bisa berhenti dari tujuannya.
Apakah kalian pikir, keinginan kalian sudah cukup besar untuk bisa mencapai yang kalian inginkan? Sudah cukup kuatkah torsi kalian untuk mementalkan ucapan dan cacian orang lain terhadap kalian?
Memang, untuk menjadi roda yang besar, dibutuhkan usaha yang sangat besar pula. Karena kita tahu, semakin besar diameter roda, maka kelilingnya pun semakin panjang. Disaat kita berkomitmen untuk menjadi si roda besar, berarti kita sudah siap untuk menempuh jarak yang jauh dan mendakinya agar bisa mencapai puncak dari sebuah roda. Dan apabila kita sudah berhasil mencapai puncak dari si roda besar itu, bersiaplah untuk terjun bebas dari jarak yang sangat tinggi juga menuju kebawah.
Berat.. Memang berat banget. Butuh energi yang kuat supaya bisa jadi si roda besar.
Kadang seorang daydreamer dengan golongan darah AB macam gue juga berpikir "roda besar? Kenapa ga jadi roda kecil aja? Menyusahkan saja.."
Tapi, mau sampe kapan jadi roda kecil? Sampe kapan kalian terus tertahan putarannya? Sampe kapan kalian terbawa lingkungan yang bisa menghentikan laju roda kalian?
Udah siap buat jadi si roda besar yang akan membawa tubuh kalian ke tujuan akhir kalian sebagai manusia? Atau tetap bertahan dengan ego kalian untuk jadi si roda kecil? Tentukan pilihan kalian sekarang. Manusia itu ibarat hanya jumlah hari. Disaat porsi hari kalian habis, ya matilah kalian.. Berhentilah mesin penggerak kalian..
"Egoism like a nail that you cannot count pierced your wheel, and you want to fix your wheel without touching. You ask a mechanic to fix your wheel, then you pay him with your nails while you drive away leaving your mechanic"
Pada zaman itu, roda menjalankan perannya sebagai alat untuk mentransportasikan bahan-bahan baku pembuatan patung-patung tersebut dengan cara bahan-bahannya dinaikan keatas sebuah batu berbentuk persegi yang dibawahnya terdapat lagi batu berbentuk silindris. Dengan cara itulah mereka bisa dengan mudah membawa bahan-bahan pembuat patung tersebut yang beratnya sudah tidak mungkin diangkat oleh tenaga manusia.
Kini, revolusi roda sebagai alat transportasi dapat dilihat di berbagai macam aplikasi. Hanya saja, bentuk dan material yang digunakan sudah berubah total, dari yang semula menggunakan batu berbentuk silindris sekarang menggunakan karet yang melapisi kerangka roda. Semua transportasi darat menggunakan roda agar bisa berjalan. Dari mulai gerobak hingga truk, dan yang membedakan jenis-jenis roda ini bemacam-macam. Mulai dari material karetnya, besar kecilnya diameter dan lebar roda, sampai alur-alur pada karet roda (diperuntukkan untuk berbagai macam kondisi jalanan).
Roda itu unik. Ya, mereka hanya menggelinding. Konsepnya jelas, roda bergelinding karena adanya gaya gesekan antara roda dengan landasannya dimana salah satu dari dua hal tersebut sudah diberikan gaya normal dan arah. Sehingga bisa dibilang, gaya yang berputar pada roda adalah momen torsi. Semakin kencang putaran pada roda dan semakin besar ujuran diameter roda yang diputar, maka torsinya akan meningkat. Sebagai percobaan, coba kalian putar sebuah roda kecil dan roda besar kemudian berikan gaya putar yang sama besar. Lalu dengan tiba-tiba, hentikan laju putaran tersebut. Mana yang sulit dihentikan? Kalian yang awam pun pasti akan menjawab roda yang besar. Saat kalian mencoba menghentikan putaran pada roda besar, momen torsi yang dihasilkan dari putaran tersebut akan berusaha terus berputar dan menyebabkan kalian terpental. Bandingkan dengan roda kecil, dengan hanya sentuhan kecil, maka roda bisa berhenti dengan mudah.
Sekarang kita masukan konsep roda tersebut dengan filosofi kehidupan. Kita bisa bercermin pada roda yang besar. Diaaat kita memutarkan roda tersebut, maka apapun yang menghalanginya akan dengan mudah terpental. Butuh energi ekstra kuat untuk bisa mengerem keinginan si roda besar agar bisa berhenti dari tujuannya.
Apakah kalian pikir, keinginan kalian sudah cukup besar untuk bisa mencapai yang kalian inginkan? Sudah cukup kuatkah torsi kalian untuk mementalkan ucapan dan cacian orang lain terhadap kalian?
Memang, untuk menjadi roda yang besar, dibutuhkan usaha yang sangat besar pula. Karena kita tahu, semakin besar diameter roda, maka kelilingnya pun semakin panjang. Disaat kita berkomitmen untuk menjadi si roda besar, berarti kita sudah siap untuk menempuh jarak yang jauh dan mendakinya agar bisa mencapai puncak dari sebuah roda. Dan apabila kita sudah berhasil mencapai puncak dari si roda besar itu, bersiaplah untuk terjun bebas dari jarak yang sangat tinggi juga menuju kebawah.
Berat.. Memang berat banget. Butuh energi yang kuat supaya bisa jadi si roda besar.
Kadang seorang daydreamer dengan golongan darah AB macam gue juga berpikir "roda besar? Kenapa ga jadi roda kecil aja? Menyusahkan saja.."
Tapi, mau sampe kapan jadi roda kecil? Sampe kapan kalian terus tertahan putarannya? Sampe kapan kalian terbawa lingkungan yang bisa menghentikan laju roda kalian?
Udah siap buat jadi si roda besar yang akan membawa tubuh kalian ke tujuan akhir kalian sebagai manusia? Atau tetap bertahan dengan ego kalian untuk jadi si roda kecil? Tentukan pilihan kalian sekarang. Manusia itu ibarat hanya jumlah hari. Disaat porsi hari kalian habis, ya matilah kalian.. Berhentilah mesin penggerak kalian..
"Egoism like a nail that you cannot count pierced your wheel, and you want to fix your wheel without touching. You ask a mechanic to fix your wheel, then you pay him with your nails while you drive away leaving your mechanic"
Langganan:
Postingan (Atom)